Kenapa Saat Stres Pengen Makan Yang Manis?

Kenapa Saat Stres Pengen Makan Yang Manis?
Sumber: Shutterstock

Kenapa Saat Stres Pengen Makan ManisPrestisa. Prestisian, apa yang kamu lakukan saat stres melanda?

Nangis? Jungkir balik? Tidur? Atau makan?

Bagi beberapa orang, makan ketika stres dapat membantu diri menjadi lebih tenang. Bahkan melupakan sejenak masalah yang membebani. Makanan dengan cita rasa manis pun jadi sasaran empuk. Terutama es krim dan cokelat.

Namun, ada juga beberaap orang yang justru menjadi tidak nafsu makan ketika stres melanda.

Lalu, apa hubungannya makanan manis dengan stres?

Dikutip dari Detik Health, Nustrisionis dari Lagizi, Jansen Ongko, MSc, RD mengatakan bahwa ketika mengalami stres. Kebanyakan orang akan mencari makanan yang rasanya manis. Karena dapat meningkatkan produksi hormon serotinin dalam tubuh. Hormon ini dapat meningkatkan rasa nyaman, sehingga stresnya menjadi turun.

Hormon serotinin merupakan hormon yang berperan untuk menghadirkan perasaan bahagia. Serta perasaan positif dalam diri seseorang dan menghindarinya dari depresi.

Namun, Jansen mengingatkan untuk tidak mengonsumsi makanan berlebih saat stres melanda. Karena dapat menyebabkan obesitas yang dapat memicu penyakit lainnya. Seperti, penyakit jantung, stroke, dan sebagainya. Lebih baik hindari makanan manis dang anti dengan makanan alternatif, yaitu buah-buahan.

Alasan lain mengapa makanan manis menjadi pilihan ketika stres melanda ialah pengecap yang sensitif terutama rasa manis. Secara khusus dipengaruhi oleh stres. Hal ini dibuktikan oleh seorang pakar ekologi kimia bernama Rockwell Parker, dikutip dari Kompas Lifestyle.

Ia menambahkan, hormone glukokortikoid bekerja secara langsung pada sel reseptor pengecap saat stres. Hal inilah yang mempengaruhi bagaimana reaksi mereka terhadap gula dan makanan manis lainnya.

Menurut studi yang dipublikasi dalam jurnal Neuroscience Letters, konsentrasi hormone tertinggi ditemukan pada sel pengecap yang sensitif terhadap rasa manis dan gurih.

Parker dari Monell Chemical Senses Centre Amerika Serikat mengatakan jika kemampuan mengecap dipengaruhi oleh hormon stres. Maka yang akan terjadi ialah perubahan pada interaksi makanan. Kemudian, implikasinya ialah tidak hanya pada indera pengecap saja. Melainkan pada seluruh tubuh.

Hal ini dikarenakan reseptor pengecap ditemukan pada seluruh tubuh. Selain rasa manis, Parker dan timnya juga menemukan bahwa hormon stres juga mempengaruhi keinginan untuk makan makanan gurih maupun asin. Namun, tidak dengan rasa asam.

Hubungan Stres dan Perilaku Makan

Dikutip melalui Hello Sehat, stres dapat mengganggu keseimbangan pada tubuh. Salah satu keseimbangan tubuh yang terganggu saat stres ialah fisiologis tubuh yang berhubungan dengan asupan makanan. Sehingga tubuh akan menghasilkan respon fisiologis untuk mengembalikan keseimbangan.

Ketika tubuh merespon stres, perilaku makan seseorang menjadi berubah. Tergantung dari seberapa besar stres yang sedang dirasakan. Ada dua jenis stres, yaitu:

1. Stres Akut

Stres hanya terjadi sementara atau dalam jangka waktu yang tidak lama. Misalnya, stres yang diakibatkan karena kemacetan di jalan.

2. Stres Kronis

Saat mengalami masalah yang besar dan menyangkut kehidupan. Sehingga lebih sulit ditangani. Stres jenis ini dapat berlangsung lebih lama.

Pada saat stres, tubuh akan memilih makanan dengan kalori tinggi. Sehingga hal ini dapat berkontribusi pada kenaikan berat badan saat stres.

Makanan yang mengandung kadar lemak atau gula tinggi diyakini akan memberi kesenangan tersendiri bagi orang yang menghadapi stres.

Teori lain mengatakan bahwa  lemak dan gula dapat menghambat aktivitas bagian otak yang menghasilkan dan memproses stres.