Prestisa.com – Seperti apa sih cerita awal hand bouquet yang saat hari valentine lalu kita berikan kepada seseorang yang spesial?
Perjalanan sejarahnya bisa kita tarik dari masa Mesir kuno.
Ketika seorang arkeolog Howard Carter meneliti sebuah mumi Mesir kuno, Tutankhamun pada 1922, ia menemukan sesuatu yang menarik. Ternyata, terdapat bouquet bunga lotus berwarna biru dan sejenis buah berry dari tanaman nighshade di atas peti mati. Secara pribadi, Cartier merasa sangat tersentuh oleh keberadaan bouquet itu di atas peti mati berusia ribuan tahun.

Sejarah mencatat, bukti tertua tentang penggunaan seikat bunga dalam peradaban manusia adalah tahun 1540 Sebelum Masehi. Bukti ini terdapat pada sejumlah makam kuno yang ditemukan juga sejumlah rangkaian bunga berwarna warni. Selain itu, pada masa Mesir kuno juga sudah ada penggunaan semprotan cairan tertentu untuk tujuan spiritual. Masyarakat Mesir kuno mengutuk roh-roh jahat dengan cara menyemprotkan suatu cairan agar jalan yang ditempuh oleh arwah orang yang sudah meninggal itu dimudahkan.

Sedangkan di Yunani kuno, sebuah bouquet berisi bunga menjadi tradisi, yaitu memberikan bouquet bunga kepada kaum wanita sebagai bentuk apresiasi terhadap kecantikannya.

BB-102. Detail & Order, klik di sini.

Bahkan, pada momen-momen khusus, kaum wanita Yunani kuno menghiasi rambut mereka dengan mahkota bunga.

Bergeser ke masa kekaisaran Roma. Pada masanya, karangan bunga merupakan sebuah kemewahan. Bunga dipakai untuk menghias ruangan yang dianggap penting. Biasanya, bunga yang kerap digunakan adalah kelopak mawar dan bunga safron. Seiring surutnya kekuasaan dan pengaruh kekaisaran Roma, tradisi penggunaan bunga juga menurun.

Pada masa abad pertengahan, hanya sebagian kecil biara yang memertahankan pengetahuan kuno tentang bunga.

Memasuki abad ke 8, Kaisar Charlemagne secara bertahap mengubah pandangan publik tentang bunga. Pada masa itu, ia berkesempatan belajar tentang taman yang indah di Spanyol. Di sana, bunga-bunga dikenal sebagai simbol Yang Ilahi.

Selain itu, Charlemagne juga mengagumi sejumlah tanaman yang bisa digunakan sebagai obat.

Bahkan, pada abad ke-6 di masyarakat di wilayah yang kini bernama Jepang telah mengenal sebuah seni mengikat bunga. Namanya Ikebana.
Jika dibandingkan dengan Eropa, masih butuh waktu 600 tahun bagi masyarakat Eropa untuk menemukan kembali bouquet bunga sebagai sebuah seni.

Popularitas hand bouquet kembali bangkit di Eropa ketika memasuki masa modern, tepatnya masa Renaissance. Pada masa itu, sejumlah ide, gagasan dari masa Yunani kuno kembali bangkit. Ini terjadi antara abad 15 dan 16.

Jika kamu menikah di masa itu, kamu akan menggunakan kelopak bunga segar dan tumbuhan aromatik seperti rosemary. Aroma segar dan wangi dari kelopak bunga dan tumbuhan herbs itu adalah menutupi aroma tubuh yang kurang sedap. Bahkan, setelah jatuhnya kekuasaan Kekaisaran Konstantinopel di tahun 1553, dibangunlah taman-taman bunga di Jerman.

Ketika Kekaisaran Byzantine berakhir, sejumlah jenis bunga seperti tulip, daffodil dan hyacinth didatangkan dari Turki ke Eropa.

Masa abad 17, bunga menemukan posisinya yang khas. Hand bouquet menjadi sebuah bentuk seni yang tidak abadi, jika dibandingkan dengan lukisan atau patung. Bunga bunga segar menyimbolkan keindahan sekaligus kebusukan.

Bunga-bunga yang dipotong menyimbolkan vitalitas dan waktu yang hanya sekilas saja. Bunga yang saat ini indah dan segar, toh pada waktunya nanti akan layu dan membusuk.

Satu istilah yang sangat populer hingga saat ini dari abad 17 adalah “tulip mania”. Kamu yang belajar sejarah ekonomi tidak akan asing dengan istilah ini.

INDAH TULIPS . Detail & ORder, klik di sini.

Ya, pada abad 17, bunga tulip merupakan komoditas ekonomi. Ia sangat digemari dan banyak dicari sebagai koleksi. Dalam rentang waktu 1632 hingga 1637, di Belanda, terjadi histeria terhadap bunga tulip. Publik menjadi sangat tergila-gila dengan bunga tulip. Nilai bunga ini pun meroket lantaran jumlahnya terbatas dan permintaan yang sangat banyak.
Sejarah mencatat, sebuah bunga tulip bisa mencapai harga 800 gulden. Nilai sebesar ini setara dengan gaji rata-rata tahunan pekerja saat itu selama lima tahun. Kegilaan terhadap bunga tulip ini berakhir ketika pasar komoditas runtuh di tahun 1637.

Abad ke-18, bunga menjadi sebuah mode di kalangan aristokrat. Bunga kerap digunakan sebagai medium komunikasi non verbal. Inilah pandangan yang hingga kini kita gunakan, yaitu bunga bisa mengungkapkan perasaan manusia. Untuk menyatakan perasaan sayang, kamu bisa gunakan bunga mawar merah. Ketika ada momen duka, kamu gunakan bunga papan bertema duka cita.

Dengan munculnya tren penggunaan bunga sebagai simbol, maka florist pada masa itu merangkai bunga berdasarkan pesan ‘tersembunyi’ yang hendak disampaikan. Mereka tidak memperhitungkan keindahan visual.

GREK – 046. Detail & Order, klik di sini.

Pada abad 19, bouquet bunga menjadi bagian dari gaya hidup kaum kelas menengah. Bahkan perkembangan teknologi di bidang pelayaran turut mendukung hal ini. Semakin banyak bunga eksotis dari luar Eropa yang dikirim ke daratan Eropa. Sebut saja bunga jenis azalea dan rhododendron dari daratan Tiongkok, jenis gladiola dan freesias dari Afrika Selatan. Abad ini juga berkembang sektor industri yang mampu menghasilkan vas bunga yang semakin murah.

Kedua hal itu mendukung tren bouquet bunga di rumah kalangan menengah ke atas. Ya, bunga sudah menjadi dekorasi interior rumah dengan bentuk bunga meja.

Kini, bouquet bunga yang dikenal sebagai hand bouquet kerap menjadi sarana menyatakan perasaan di momen spesial ke seseorang yang spesial.***

Sumber : SisterMAG NO. 47.