Sejarah Shalat Tarawih dan Praktek Pelaksanaannya
Sumber: Shutterstock

Sejarah Shalat Tarawih dan Praktek Pelaksanaannya

Sejarah Shalat Tarawih dan Praktek Pelaksanaannya – Prestisa. Prestisian, tahukah kamu mengapa shalat tarawih hanya ramai saat minggu pertama puasa? Hal ini berkaitan dengan praktik shalat tarawih yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dan menjadi salah satu bentuk besarnya kasih sayang yang Beliau miliki untuk umatnya.

Shalat tarawih merupakan shalat sunnah yang dilakukan khusus hanya pada bulan Ramadhan. Tarawih dalam bahasa Arab diartikan sebagai “waktu sesaat untuk istirahat”.

Waktu pelaksanaan shalat sunnah ini adalah selepas shalat isya’ dan sebelum shalat witir. Hukum melaksanakan shalat tarawih adalah sunnah bagi kaum laki-laki dan perempuan.  Biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid.

Sejarah Shalat Tarawih: Bentuk Kasih Sayang Nabi Muhammad Kepada Umatnya

Karena shalat tarawih adalah shalat yang hanya dilakukan di bulan Ramadhan, maka shalat tarawih merupakan salah satu praktik untuk menghidupkan bulan Ramadhan.

Dikutip dari laman NU, shalat tarawih pertama kali dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW pada tanggal 23 Ramadhan tahun kedua hijriah.

Pada saat itu, Rasulullah mengerjakannya tidak selalu di masjid. Melainkan kadang di rumah.

Sebuah hadits menjelaskan:

“Dari ‘Aisyah Ummil Mu’minin radliyallahu ‘anha, sesungguhnya Rasulullah pada suatu malam shalat di masjid. Lalu banyak orang shalat mengikuti beliau. Pada hari ketiga atau keempat, jamaah sudah berkumpul (menunggu Nabi) tapi Rasulullah SAW justru tidak keluar menemui mereka. Pagi harinya beliau bersabda, ‘Sungguh aku lihat apa yang kalian perbuat tadi malam. Tapi aku tidak datang ke masjid karena aku takut sekali bila shalat ini diwajibkan pada kalian.” Sayyidah ‘Aisyah berkata, ‘Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan’.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW memang pernah melaksanakan shalat tarawih pada malam awal-awal bulan Ramadhan. Sampai akhirnya melihat antusiasme yang begitu tinggi dari sahabat-sahabat Beliau, Nabi justru mengurungkan niatnya datang ke masjid pada hari ketiga atau keempat.

Terdapat dua kekhawatiran Beliau. Yang pertama, Beliau khawatir sewaktu-waktu Allah menurunkan wahyu yang mewajibkan slahat tarawih kepada umatnya. Hal ini tentu akan memberatkan umat generasi berikutnya yang belum tentu memiliki semangat yang sama dengan para sahabat Nabi itu.

Kedua, mungkin Beliau takut akan timbulnya salah persepsi di kalangan umat bahwa shalat tarawih wajib karena merupakan perbuatan baik yang tak pernah ditinggalkan Rasulullah.

Langkah tersebut menunjukkan betapa bijaksana dan sangat sayangnya Nabi kepada umatnya.

Sebagaimana keterangan dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari:

“Sesungguhnya Nabi ketika menekuni suatu amal kebaikan dan diikuti umatnya, maka perkara tersebut telah diwajibkan atas umatnya.”

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan:

  1. Nabi melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid hanya dua malam. Beliau tidak hadir melaksanakan shalat tarawih bersama-sama di masjid karena takut atau khawatir shalat tarawih akan diwajibkan kepada umatnya.
  2. Shalat tarawih hukumnya adalah sunnah. Karena sangat digemari oleh Rasulullah SAW. Dan beliau mengajak orang-orang untuk mengerjakannya.
  3. Dalam hadits di atas tidak ada penyebutan bilangan rakaat dan ketentuan rakaat shalat tarawih secara rinci.

Praktik Shalat Tarawih dan Witir

Secara umum tidak ada perbedaan antara shalat tarawih dan shalat sunnah lainnya. Kecuali harus dilakukan setelah shalat Isya’ dan pada bulan Ramadhan.

Shalat tarawih dianjurkan dilaksanakan secara berjamaah. Meskipun bagi yang uzur memenuhi keutamaan ini bisa menunaikannya secara sendirian (munfarid).

Tidak ada perbedaan soal rukun-rukun antara shalat tarawih, shalat witir, dan shalat fardhu. Keharusan membaca surat-surat tertentu setelah Al-Fatihah pun tidak ada.

Orang yang shalat tarawih atau witir dipersilahkan memilih surat dan ayat mana saja. Meskipun tentu saja surat atau ayat yang lebih panjang lebih utama. Sebagian ulama merekomendasikan surat-surat tertentu untuk dibaca.

Shalat tarawih dan witir menjadi istimewa bukan hanya karena dilaksanakan pada bulan suci Ramadhan. Tetapi juga lantaran keduanya dilakukan pada malam hari. Dalam Islam, Ramadhan dikenal peristiwa lailatur qadar atau malam yang disebut lebih baik dari seribu bulan.

Artinya, pelaksanaan shalat tarawih dan witir juga ibadah-ibadah lain di malam Ramadhan merupakan kesempatan untuk meraup berlipat pahala, keutamaan dan keberkahan.

Semoga Prestisian semua dapat istiqamah dalam menjalankannya. Aamiin.